Jangan Tinggalkan Aku
Qiandra,
anak perempuan sembilan tahun itu duduk di tepi sebuah ranjang yang amat luas, kedua
tangannya memegangi sebuah bingkai foto yang ia tatapi terus menerus. Di
sebelah kirinya, ada sebuah amplop yang tergeletak dan belum di buka. Matanya
yang basah terus saja menatapi sebuah foto di hadapannya, sementara itu tak ada
satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya. Ditariknya napas dalam-dalam dan
menghembuskannya dengan tenang walaupun ada sedikit getaran di tubuhnya. Tangan
kanannya meletakkan foto tersebut ke atas meja yang berada tepat di hadapannya.
Ia
pun beralih kepada amplop yang sejak tadi di biarkan begitu saja, dibukanya
amplop itu dengan perlahan-lahan, dan mengeluarkan sebuah surat yang terlipat
dari dalamnya. Dia membuka lipatan surat itu lalu membaca isinya, bola matanya
bergerak mengikuti huruf-huruf yang tertulis di situ. Matanya semakin basah dan
kedua tangannya meremas kertas surat tersebut. Dalam surat yang dibacanya
tertulis;
Bismillahirrahmaanirrahiim…
untuk
adikku, Qiandra ….
Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Maafkan
kakak karena tidak bisa menemanimu bermain, kakak pergi ke negara lain untuk
belajar, bukan untuk bersantai. Sejak kecil, kakak memang ingin kuliah di
Turki, karena kita bisa melihat-lihat peninggalan-peninggalan para Sultan
Turki….. kan kakak sudah sering membaca buku-buku tentang mereka. Jadi
sekarang, kakak ingin melihat secara langsung seperti apa
peninggalan-peninggalan mereka….. kalau kamu kangen sama kakak, bisa video call
atau chat dengan kakak….
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Quinza
Qiandra
melipat kembali surat yang telah di bacanya dengan linangan air mata tersebut,
dan memasukkannya kembali dalam amplop, di letakkannya amplop tersebut di atas
meja persis seperti bingkai foto tadi. Tangisnya pun meledak dalam kesunyian,
setelah agak tenang, ia mengangkat kepalanya menatap hiasan-hiasan dinding yang
menghiasi kamarnya. “Kakak….. Jangan Tinggalkan Aku..…” gumamnya…….. TAMAT.
Komentar
Posting Komentar