Kitty Hilang!

 

H ari ini aku senang sekali, ayah dan ibu mengajakku dan adikku ke taman bermain. Eh, tapi, kan, aku udah kelas lima? kok masih suka main-main seperti dulu, ya? Hahaha! bukan…bukan….bukan… aku senang karena di sana ada perpustakaannya juga. Buku-bukunya banyak, lho! Tapi aku lebih suka buku ensiklopedia.

“Alhamdulillah…. kita sudah sampai! Izzah, Farid, ayo turun!” kata Ibu begitu kami tiba di hadapan gerbang taman. “Ayiiik!!” teriak Adikku, si Farid sambil melompat dari dalam mobil dan langsung berlari menuju gerbang. “Farid! tunggu dulu, dong!” teriakku, tapi terlambat, dia sudah menghilang dari pandangan mataku. Sebelumnya, dia membawa Kitty, kucing kami, bersamanya. Aku pun berjalan sendirian menuju ruangan perpustakaan. Hmm… ruangan ini tidak ramai. Hanya ada anak-anak yang sebaya denganku atau lebih tua dariku.

Aku langsung sibuk mencari-cari buku ensiklopedia, dan akhirnya…ketemu! Di perpustakaan ini ada meja dan kursi untuk membaca dengan nyaman, tapi aku lebih suka duduk di lantai. Lagipula lantainya kan bersih.

Tiba-tiba, adikku berteriak dari luar perpustakaan. “Kak Izzaaaaahhh!!!”  Dengan perasaan kaget, aku meletakkan Kembali buku ensiklopediaku di atas meja.

“Kenapa far? kok teriak-teriak?” tanyaku.

“Kak, Kitty hilang!”

“Apa? Kitty?! Memangnya tadi kamu ngapain?!”

“Aku naik ayunan, kak!”

“Terus, Kitty gimana?”

“Dia duduk di samping aku kak!”

“Hah?! coba kita cari!”

Aku dan Farid segera berpencar, aku ke arah kiri dan ia ke arah kanan. Kami memeriksa setiap tempat, siapa tahu Kitty bersembunyi di sana.

Tapi, kami belum juga menemukan kucing itu. Karena Lelah, kami beristirahat di bangku taman.

“Far, sebaiknya kita beri tahu ayah dan ibu”

Mendadak, Farid melotot ke arahku dan mulutnya menganga.

“Ti..ti..tidak!!..” raut wajahnya berubah menjadi ketakutan.

Aku heran. “Kenapa tidak?”

“Ibu pasti marah karena kita tidak amanah..”

“Ya, tetapi…”

“Ayolah, kak! kita cari Kitty sekali lagi..!!!” rengek Farid sambil menarik lenganku, mengajakku berdiri.

“Kan seharusnya memberi tahu Ayah dan Ibu dulu, mereka pasti tahu kalau kamu merasa bersalah”

Terdiam sejenak, Farid berhenti menarik lenganku. 

“Baiklah… ayo kak..” suaranya terdengar gemetar dan keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Aku tahu ia takut.

Ketika hendak melangkah menuju ayah dan ibu, terdengar suara seekor kucing.

Farid menarik tanganku secepat kilat dan berlari mencari sumber suara.

Sampai di tepi sebuah kolam, kami melotot lebar seakan-akan bola mata kami akan keluar dari tempurung kepala. Kitty ada di sana! bulu-bulu halusnya basah dan ia menggigil kedinginan. Rupanya dia terjatuh ke dalam kolam.

"Sepertinya dia terlempar dari ayunan, deh?"

"Impossible!"

"Lho, kan ayunannya dekat kolam ini?"

"Are you sure, sis?"

"Atau kamu berayun terlalu tinggi?"

"Hmm.... iya, sih.."

"Ya sudah, ayo kita bantu dia!"

"Ok!"

Kami mengangkatnya dan mengeringkannya. Aku dan Farid akan bermain lagi, tiba-tiba ibu memanggil. “Izzah..!! Farid..!! ayo kita makan dulu..!!” “Baik bu!” Kamipun berlari meninggalkan taman bermain.

Tamat.....

Komentar

Postingan Populer