The Little Girl and The Tiny Little Girl

 

Matahari bersinar terang dilangit desa pelangi, memberikan kehangatan. Angin pagi yang segar pun terasa. Rumah-rumah penduduk berjajar ditepi jalan. Orang-orang melakukan kegiatannya seperti biasa. Anak-anak didesa itu berkeliaran, mencari udara segar. Anak-anak perempuannya memakai gaun warna-warni yang terjulur sampai kaki, lengan gaun itu memanjang sampai ke pergelangan tangan mereka. Kerudung mereka yang juga berwarna-warni terjulur sampai dada, mereka memakai sepatu yang juga berwarna-warni. Rambut mereka dikepang dua dan ada juga yang dikepang kebawah. Namun tersembunyi di dalam kerudung-kerudung mereka. Diantara mereka ada seorang gadis Bernama Sofia Elzahra yang memakai gaun Panjang berwarna merah muda dan memakai kerudung berwarna merah dan sepatu berwarna kuning.

Anak-anak perempuan itu ada yang memetik bunga lalu mengumpulkannya didalam keranjang kecil. Ada juga yang sedang memberi makan seekor kucing. Ada juga yang bermain masak-masakan, ada juga yang bermain petak umpet, dan permainan-permainan lainnya. Sofia Elzahra yang dari tadi sibuk memberi makan seekor kucing berbulu oranye sambil duduk disebuah kursi Panjang tiba-tiba mendengar suara yang memanggilnya. Dia mencari siapa yang memanggilnya, kepalanya menoleh kekanan dan kekiri. Tapi dia tidak bisa menemukan orang yang memanggilnya, namun suara itu dia dengar lagi ;

Sofia Elzahra

Sofia mendengar suara itu halus sekali, dia melihat kesekitarnya. Hanya ada teman-temannya yang sibuk bermain. Tiba-tiba dia merasakan sengatan kecil pada kaki kanannya, dia mengangkat kaki kanannya dan meluruskannya di bangku Panjang itu. Dia melihat sesuatu…. Seorang gadis kecil seukuran anak ayam terduduk dikakinya, rupanya gadis itu mencubit kakinya supaya dia tahu bahwa gadis itu yang bicara. “Kamu….siapa?” tanya Sofia. “Namaku Ayesha, ha-ha-ha! Mungkin kau kesakitan ya karena cubitanku?” Jawab gadis itu. “Tentu saja sakit! Siapa yang tak sakit kalau dicubit sekeras itu!? Tapi ukuranmu kecil, jadi tidak terlalu sakit” ucap Sofia.

“Yeah….kalau memang begitu kau jangan marah” kata gadis itu, Sofia jadi sedikit tersinggung, tapi dia penasaran dengan gadis mini bernama Ayesha itu. Sofia menatap Ayesha. Tubuhnya memang seukuran anak ayam, Ayesha memakai gaun Panjang terjulur sampai kaki, dan lengannya yang Panjang terjulur sampai pergelangan tangan. Warna gaun itu kuning, kerudungnya berwarna hijau muda. Sepatunya berwarna emas, mata Ayesha yang mungil berwarna coklat tua atau hitam. Alisnya tidak terlalu tebal, bulumatanya lentik, bibirnya merah walaupun tak pakai lipstick. Dan….Ayesha memang gadis kecil yang cantik.

“Sebenarnya….sejak lahir tubuhku tidak seperti ini, tapi suatu Ketika aku sakit demam dan minum obat, tiba-tiba tubuhku mengecil dan secara mendadak demamku sembuh! ‘Jangan-jangan obat yang aku minum itu adalah obat pengecil!?’ Begitu kataku” cerita Ayesha. “aku mencoba berbagai cara supaya ukuran tubuhku normal lagi. Tapi gagal….” Lanjut Ayesha, kali ini wajahnya terlihat sedih. “Tak apa, kau bisa tinggal bersamaku!” seru Sofia.

Sofia meletakkan tangannya keatas kursi Panjang tempat ia dan Ayesha duduk. “Ayesha, duduklah ditanganku. Kau akan kubawa kerumahku” ujar Sofia. Ayesha berdiri lalu berjalan menuju telapak tangan Sofia. Sofia berdiri pelan-pelan, lalu berjalan menuju rumahnya. Sesampainya dirumahnya…. “Sofia, ini siapa? Kok ukurannya seperti anak ayam? Tapi sepertinya dia anak perempuan ya?” tanya Bunda. “Iya bun, ini Ayesha, dia sahabat baruku! Dia boleh tinggal dirumah kita tidak?” tanya Sofia penuh semangat

“Boleh, lagipula tidak ada rumah yang sesuai untuk Ayesha yang mungil ini” jawab Ayah. Sofia membawa Ayesha ke kamarnya. Sofia menyuruh Ayesha duduk dimeja belajar. Setelah itu, Sofia mengambil sesuatu yang seperti bantal kecil berwarna biru tua. “Ini bantalku waktu aku masih bayi, kamu bisa gunakan ini untuk kasurmu” Lalu Sofia mengambil sesuatu lagi! Itu adalah kain berwarna merah yang sudah digunting kecil. “Ini selimutku yang sudah lama. Ini sudah ku gunting untuk jadi selimutmu” ucap Sofia. Lalu Sofia mengambil sesuatu yang berwarna putih! “Ini kertas kertas yang kuisi dengan kapas dan aku rekatkan dengan lakban bening, gunakanlah sebagai bantalmu!” ujar Sofia. Lalu Ayesha berkata, “Sofia, aku merasa sedikit lapar” Sofia menjawab.

“Hmm…oh! Aku ada roti, kamu mau roti isi apa?” “Isi selai kacang!” seru Ayesha. “Baik! Aku kedapur dulu ya, tunggulah dikasur barumu!” kata Sofia. Beberapa menit kemudian, Sofia masuk kekamar sambil membawa 2 piring roti isi selai kacang. “Yang ini untukmu Ayesha, dan ini untukku” ucap Sofia. Sofia dan Ayesha menghabiskan roti itu Bersama. Tak berapa lama, roti pun habis!

Ayesha yang sudah tampak kekenyangan pun berkata. “Sofia, aku mau di ceritakan sebuah cerita olehmu!” Sofia yang masih mengunyah potongan roti terakhir itu mengangguk tanda setuju.

Setelah itu, Sofia bercerita tentang bagaimana dia makan di restoran, bagaimana dia ke perpustakaan, bagaimana dia ke mall, mudik kerumah nenek, ke kebun nenek, dan tentang  buku-buku yang dibuatnya. “Sofia, ceritamu indah sekali, lain kali, ajaklah aku kesemua tempat itu! Sekarang aku mengantuk!” ucap Ayesha sambil sesekali menguap. Sofia tersenyum. “Baiklah…tidurlah Ayesha…” ujarnya. Ayesha pun tertidur nyenyak dan bermimpi sedang berada di taman bunga.

Komentar

Postingan Populer